Sunday, May 24, 2009

BAB II



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Sistem Informasi
2.1.1. Pengertian Sistem
Menurut Mulyadi, 2001, dalam bukunya Sistem Akuntansi:
Sistem adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Azh [12]
Sistem adalah kumpulan atau group dari bagian atau komponen apapun baik fisik maupun nonfisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu.
Menurut McL [7]
Sistem adalah sebagai sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Dari definisi-definisi sistem di atas, dapat disimpulkan lebih lanjut pengertian umum mengenai sistem sebagai berikut:
1. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur atau komponen
Unsur-unsur atau komponen dari suatu sistem terdiri dari subsistem yang lebih kecil, yang terdiri pula dari kelompok unsur yang membentuk subsistem tersebut.
2. Setiap unsur atau komponen dalam sistem tersebut merupakan bagian terpadu dan terintegrasi dari sistem yang bersangkutan.
3. Unsur sistem tersebut bekerja sama secara harmonis dan saling membantu untuk mencapai satu maksud tujuan yang sama. Setiap sistem mempunyai tujuan tertentu.
4. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar.
Sistem pernapasan kita merupakan salah satu sistem yang ada dalam tubuh kita, yang merupakan bagian dari sistem metabolisme tubuh. Contoh sistem lain misalnya, pencernaan makanan, sistem peredaran darah, sistem pertahanan tubuh.
2.1.2. Pengertian Informasi
Data adalah sumber dari informasi. Data dapat terwujud karena adanya suatu gambaran mengenai suatu peristiwa selanjutnya diproses hingga menjadi suatu kesatuan yang nyata berupa informasi. Dapat disimpulkan bahwa suatu informasi memiliki unsur-unsur utama agar informasi memiliki kualitas yang baik, yaitu :
1. Relevan, yaitu mempunyai nilai tambah bagi para pembuat keputusan dengan mengurangi ketidakpastian serta dapat menambah pengetahuan.
2. Dapat dipercaya, yaitu informasi yang disajikan benar-benar dari sumbernya sehingga lebih akurat.
3. Lengkap, yaitu informasi tidak ada yang dikurangkan atau dilebihkan apalagi bila menghilangkan data penting yang dibutuhkan oleh pemakai.
4. Tepat waktu, yaitu informasi disajikan harus tepat pada saat dibutuhkan.
5. Mudah dipahami, yaitu format yang disajikan dapat lebih mudah dimengerti oleh si pemakai informasi.
6. Dapat diuji kebenarannya, yaitu memungkinkan dua orang yang kompeten untuk menghasilkan informasi yang sama secara independent.
2.1.3. Pengertian Sistem Informasi
Berdasarkan definisi dari sistem dan informasi di atas, maka sistem informasi dapat diartikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari prosedur-prosedur untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi. Dimana sekumpulan prosedur organisasi yang ada pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambilan keputusan.

2.2. Konsep Akuntansi Biaya
2.2.1. Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya secara garis besar memiliki dua tujuan pokok, yang pertama adalah untuk penetapan harga pokok produksi dan yang kedua adalah untuk pengendalian biaya produksi. Penetapan harga pokok produksi dilakukan melalui akumulasi biaya produksi berdasarkan dua sistem produks yaitu job order costing dan process cost system.
Pengertian biaya (Cost) dalam akuntansi biaya adalah pengorbanan sumber daya untuk mendapatan (menghasilkan) sesuatu. Pengorbanan sumber daya dapat dilakukan melalui :
1. Pengeluaran Kas
2. Janji akan membayar tunai dimasa mendatang
3. Ekspirasi nilai aktiva (pemakaian bahan baku dalam produksi dan beban penyusutan)
Dalam akantansi biaya terdapat istilah yang keduanya berkaitan dengan konsep biaya yaitu Cost dan Expense. Cost merupakan pengorbanan sumber daya untuk memperoleh sesuatu item. Misalnya pembelian barang, sehingga dikatagorikan sebagai Cost adalah harga perolehan barang tersebut. Sedangkan Expense adalah bagian dari Cost yang telah dibebankan sebagai biaya. Apabila sebagian barang dijual maka harga perolehan bagian yang terjual tersebut dibebankan sebagai biaya (expense) dengan sebutan Harga Pokok Penjualan.

2.2.2. Klasifikasi biaya-biaya produksi
Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahan manufaktur (pesanan) sebagian besar sama seperti biaya-biaya pada perusahaan dagang atau jasa, seperti biaya penjualan dan biaya administrasi/umum. Hanya saja pada perusahaan manufaktur pesanan diklasifikasikan biaya sebagai berikut :
1. Biaya Bahan Baku (Material Cost)
Biaya Bahan Baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku dalam proses produksi. Sedangkan bahan baku adalah unsur pokok yang harus ada dalam proses produksi untuk menghasilkan produk jadi.

2. Biaya Tenaga Kerja (Labor Cost)
Pengertian biaya tenaga kerja
Menurut Moelyati, dkk, 1999, dalam buku Akuntansi Biaya,
“Biaya tenaga kerja adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja yang dapat dinilai dengan satuan uang atas pengorbanan yang diberikan untuk kegiatan produksi”.

3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost)
Biaya Overhead adalah biaya yang tidak dapat dibebankan langsung ke pesanan atau produk.
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik adalah :
a. Biaya bahan baku.
b. Biaya reparasi dan pemeliharaan.
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung (mandor, supervisor)
d. Biaya penyusutan mesin, peralatan, bangunan pabrik, alat kerja dan aktiva tetap lainnya yang digunakan di pabrik.
e. Biaya asuransi (gedung, kendaraan, kecelakaan karyawan)
1.3. Metode Harga Pokok Produksi Berdasarkan Pesanan
1.3.1. Pengertian Metode Harga Pokok Pesanan

Menurut W.K. Carter & M.F. Usry, 2004 hal 5 – 1 dalam buku Cost Accounting edisi ketiga belas menyebutkan bahwa :
“In job order costing, or job order, production costs are accumulated for each separate job; a job is the output identified to fill a certain customer order or to replenish an item of stock on hand ”.

Sedangkan menurut Supriyono, 1993 hal 163 , dalam bukunya Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian Biaya Serta Pembuatan Keputusan Buku II Edisi 2 menyatakan bahwa :
“Besarnya harga pokok standar untuk setiap pesanan yang akan diolah baru disusun pada saat diterimanya setiap pesanan, standar tersebut akan berbeda antara pesanan yang satu dengan yang lainnya, makin banyak pesanan yang diterima dalam periode tertentu berarti pula semakin banyak harga pokok standar yang ditentukan”.

Menurut Mulyadi, 2005 hal 35, dalam bukunya Akuntansi Biaya Edisi 5 menyebutkan bahwa :
“Dalam metode harga pokok pesanan (job order cost method) biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan”.

Dari beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa dalam metode harga pokok pesanan, barang yang diproduksi sesuai dengan spesifikasi pesanan dan harga pokoknya ditentukan oleh spesifikasi pesanan tersebut. Sehingga harga pokok produksi antara pesanan yang satu dengan pesanan yang lain akan berbeda.







1.3.2. Unsur-unsur dalam Metode Harga Pokok Pesanan
Unsur-unsur yang termaksud dalam Metode Harga Pokok Pesanan adalah :
1. Biaya Bahan Baku (Material Cost)
Pengertian Biaya Bahan Baku
Dalam proses produksi dibedakan antara biaya bahan baku dengan biaya bahan pembantu. Biaya bahan baku merupakan harga pokok yang sifatnya utama dan tidak terpisahkan dengan produk jadi, sedangkan biaya bahan baku pembantu merupakan biaya pembelian bahan yang dapat dipakai sebagai bahan penolong dalam penyempurnaan produk jadi, sehingga sering disebut sebagai bahan penolong.
2. Menghitung harga pokok pembelian berdasarkan harga faktur dan biaya pembelian.
Unsur-unsur harga pokok pembelian terdiri atas :
2.3.1. Harga faktur (Invoice)
Harga faktur adalah harga yang tercantum dalam faktur pembelian.
2.3.2. Biaya angkut (Freight In)
Biaya angkut adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut bahan yang dibeli sampai barang tersebut sampai di gudang pembeli (perusahaan).
2.3.3. Biaya lain-lain (Other Expenses)
Biaya lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan bahan baku hingga siap diproduksi, misalnya : biaya asuransi, biaya penggudangan.




c. Prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku
Menurut Mulyadi, 2005, Prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku adalah sebagai berikut :
1) Bagian produksi mengisi bukti permintaan barang, setelah bukti permintaan diotorisasi oleh yang berwenang, tiga lembar bukti permintaan tersebut dibawa ke Bagian Gudang.
2) Bagian Gudang menyiapkan bahan baku sesuai dengan permintaan barang dan menyerahkannya kepada Bagian Produksi. Bagian Gudang mengisi jumlah bahan baku yang diserahkan pada kolom “diserahkan” dalam bukti permintaan tersebut dan setelah diotorisasi oleh Kepala Bagian Gudang, bukti tersebut dikirimkan ke Bagian Akuntansi.
3) Bagian Gudang mencatat pemakaian bahan baku ini ke dalam kartu gudang kolom “dipakai” dan mencatatnya pula dalam kartu barang.
4) Bagian Akuntansi mengisi informasi harga satuan dan menghitung serta mencantumkan jumlah harga pokok bahan baku yang dipakai dalam bukti permintaan barang tersebut.
5) Bagian Akuntansi kemudian mencatat pemakaian bahan baku tersebut ke dalam kartu persediaan dan menyerahkan bukti permintaan barang tersebut kepada pemegang jurnal umum.
6) Atas bukti permintaan barang tersebut, pemegang jurnal umum (pemegang jurnal pemakaian bahan baku) mencatat pemakaian bahan baku ke dalam jurnal tersebut.

2. Biaya Tenaga Kerja (Labor Cost)
a. Penggolongan Biaya Tenaga Kerja
Menurut Dra. Moelyati dkk, 1999, dalam buku Akuntansi Biaya, Biaya Tenaga Kerja dapat digolongkan dalam beberapa kelompok berikut :
1) Menurut fungsi pokok dalam perusahaan
a) Tenaga kerja bagian produksi
Merupakan tenaga kerja yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan produksi.
b) Tenaga kerja bagian pemasaran
Merupakan tenaga kerja yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran atau penjualan hasil produksi.
c) Tenaga kerja bagian umum
Merupakan tenaga kerja yang berhubungan dengan kegiatan administrasi dan umum yang ada di kantor.

2) Menurut Hubungannya dengan produk, dibedakan menjadi tiga yaitu :
a) Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi dalam kegiatan produksi.
b) Tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak secara langsung berhubungan dengan pengolahan bahan tetapi membantu penyelesaian produk dalam perusahaan.
3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost)
Biaya Overhead adalah biaya yang tidak dapat dibebankan langsung ke pesanan atau produk.
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik adalah :
f. Biaya bahan baku.
g. Biaya reparasi dan pemeliharaan.
h. Biaya tenaga kerja tidak langsung (mandor, supervisor)
i. Biaya penyusutan mesin, peralatan, bangunan pabrik, alat kerja dan aktiva tetap lainnya yang digunakan di pabrik.
j. Biaya asuransi (gedung, kendaraan, kecelakaan karyawan)
k. Biaya lain yang memerlukan pengeluaran uang tunai (biaya listrik PLN)
Penentuan tarif biaya Overhead pabrik, menurut Mulyadi (2005 : 197) langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1) Menyusun anggaran biaya Overhead pabrik
Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya Overhead pabrik :
a) Kapasitas teoritis (theoritical capacity) adalah kapasitas pabrik untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu.
b) Kapasitas normal (normal capacity), adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang.
c) Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capacity), adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.

3.5. Manfaat Informasi Dan Harga Pokok Produksi Per Pesanan
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi managemen untuk :
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain, tergantung spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan. Harga jual ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan adalah sebagai berikut :

Taksiran biaya produksi untuk pesanan Rp xx
Taksiran biaya non produksi yang dibebankan Rp xx +
Taksiran total biaya pesanan Rp xx
Laba yang diinginkan Rp xx +
Taksiran harga jual yang dibebankan Rp xx

Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam memproduksi pesanan tertentu perlu dihitung unsur-unsur biaya ini:

a. Taksiran biaya bahan baku Rp xx
b. Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xx
c. Taksiran biaya Overhead pabrik Rp xx +
Taksiran biaya produksi Rp xx

2. Mempertimbangkan atau penolakan pesanan.
Keputusan yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah menerima atau menolak pesanan. Informasi total harga pokok pesanan memberikan dasar perlindungan bagi manajemen agar di dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian.
Total harga pokok pesanan dihitung dengan unsur biaya sebagai berikut :
Biaya produksi pesanan :
Taksiran biaya bahan baku Rp xx
Taksiran biaya tenaga kerja Rp xx
Taksiran biaya Overhead pabrik Rp xx +
Taksiran total biaya produksi Rp xx
Biaya non produksi :
Taksiran biaya administrasi dan umum Rp xx
Taksiran biaya pemasaran Rp xx +
Taksiran biaya non produksi Rp xx +
Taksiran total harga pokok pesanan Rp xx

3. Memantau realisasi biaya produksi
Informasi biaya produksi juga bermanfaat sebagai salah satu dasar untuk mempertimbangkan diterima atau tidaknya suatu pesanan. Jika pesanan telah diputuskan untuk diterima, manajemen memerlukan informasi biaya yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam memenuhi pesanan tertentu. Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu adalah sebagai berikut :
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xx
Biaya tenaga kerja sesungguhnya Rp xx
Taksiran biaya Overhead pabrik Rp xx +
Total biaya produksi sesungguhnya Rp xx

4. Menghitung laba atau rugi bruto tiap pesanan
Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi. Laba atau rugi bruto tiap pesanan dihitung sebagai berikut :

Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xx
Biaya produksi pesanan tertentu :
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xx
Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya Rp xx
Taksiran biaya Overhead pabrik Rp xx +
Total biaya produksi pesanan Rp xx
Total biaya produksi pesanan Rp xx -
Laba bruto Rp xx




5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi-laba.

3.6. Kartu Harga Pokok (Job Order Cost Sheet)
Kartu harga pokok berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung terhadap pesanan tertentu dan biaya produksi tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu Harga Pokok suatu tarif tertentu.
Contoh kartu harga pokok :
PT.ABC
YOGYAKARTA

KARTU HARGA POKOK

No Pesanan : A-101 Pemesanan : PT. Rimendi
Jenis Produk : Kursi Tamu Sifat : Segera
Tanggal Pesanan : 2 Januari 2005 Jumlah : 500 eksemplar
Tanggal selesai : 9 Januari 2005 Harga jual : Rp 500.000


Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik
Tanggal No. BPBG Ket Jumlah Tanggal No. Kartu Jam Jumlah Tanggal Jam Mesin Tarif Jumlah








Gambar 3.3
Kartu Harga Pokok
Sumber : Mulyadi 2005 hal 45


3.7. Pencatatan Harga Pokok Pesanan
Proses pengumpulan tiap unsur biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Pembelian bahan baku
Perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong.

Jurnal # 1 :
Pembelian bahan baku Rp xx
Kas Rp xx
Jurnal # 2 :
Pembelian bahan penolong Rp xx
Kas
Rp xx

2. Pemakaian bahan baku dan penolong dalam produksi
Untuk mendapatkan bahan baku yang digunakan dalam tiap pesanan, perusahaan menggunakan dokumen yang disebut bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Dokumen ini diisi oleh Bagian Produksi dan diserahkan kepada Bagian Gudang untuk meminta bahan yang diperlukan oleh Bagian Produksi.
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku adalah :
Jurnal # 3 :
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp xx
Persediaan Bahan Baku Rp xx

Jurnal pencatatan pemakaian bahan penolong adalah sebagai berikut :
Jurnal # 4 :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Bahan Penolong Rp xx


3. Pencatatan biaya tenaga kerja
a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
Atas dasar daftar gaji dan upah yang dibuat, jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan adalah sebagi berikut :
Jurnal # 5 :
Gaji dan Upah Rp xx
Utang gaji dan Upah Rp xx

b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
Biaya tenaga karja langsung : dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan.
Biaya tenaga kerja tidak langsung : merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dan dicatat sebagai unsur biaya Overhead pabrik.
Biaya tenaga kerja non produksi : merupakan unsur biaya non produksi.
Jurnal distribusi biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut :
Jurnal # 6 :
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Biaya Administrasi dan Umum Rp xx
Biaya Pemasaran Rp xx
Gaji dan Upah Rp xx


c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah
Pencatatan pembayaran gaji dan upah adalah sebagai berikut:
Jurnal # 7 :
Utang gaji dan Upah Rp xx
Kas Rp xx

4. Pencatatan biaya Overhead pabrik
Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya Overhead pabrik kepada pesanan adalah sebagai berikut :
Jurnal # 8 :
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp xx

Jurnal untuk mencatat biaya Overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut :
Jurnal # 9 :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Akumulasi Depresiasi Peralatan Rp xx
Akumulasi Depresiasi Toko Rp xx
Persekot Asuransi Rp xx
Persediaan Suku Cadang Rp xx
Persediaan Bahan Bangunan Rp xx
Jurnal penutup
Jurnal # 10 :
Biaya Overhead pabrik yang Dibebankan Rp xx
Biaya Overhead sesungguhnya Rp xx

Selisih biaya Overhead pabrik yang dibebankan ke produk dengan biaya Overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menghitung saldo rekening Biaya Overhead sesungguhnya.

Debit :
Jurnal # 4 Rp xx
Jurnal # 6 Rp xx
Jurnal # 9 Rp xx +
Jumlah debit Rp xx

Kredit :
Jurnal # 10 Rp xx
Selisih pembebanan kurang Rp xx

Jika terjadi selisih pembebanan kurang, maka dibuat jurnal :
Jurnal # 11 :
Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx


5. Pencatatan harga pokok produk jadi
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut adalah :
Jurnal # 12 :
Persediaan Produk Jadi Rp xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp xx
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xx



6. Pencatatan harga pokok produk dalam proses
Jurnal untuk mencatat harga pokok pesanan yang belum selesai adalah sebagai berikut :
Jurnal # 13 :
Persediaan Produk Dalam Proses Rp xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp xx
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xx


7. Pencatatan harga pokok produk yang dijual
Jurnal # 14 :
Harga Pokok Penjualan Rp xx
Persediaan Produk Jadi Rp xx

8. Pencatatan Pendapatan Penjualan Produk
Jurnal yang dibuat untuk mencatat piutang kepada pemesan adalah sebagai berikut :
Jurnal # 15 :
Piutang Dagang Rp xx
Hasil Penjualan Rp xx


















2.4. Perancangan Sistem Dengan Unified Modeling Language
Pemodelan (modeling) adalah proses merancang piranti lunak sebelum melakukan pengkodean (coding). Model piranti lunak dapat dianalogikan seperti pembuatan blueprint pada pembangunan gedung. Membuat model dari sebuah sistem yang kompleks sangatlah penting karena kita tidak dapat memahami sistem semacam itu secara menyeluruh. Semakin komplek sebuah sistem, semakin penting pula penggunaan teknik pemodelan yang baik. Dengan menggunakan model, diharapkan pengembangan piranti lunak dapat memenuhi semua kebutuhan pengguna dengan lengkap dan tepat, termasuk faktor-faktor seperti scalability, robustness, security, dan sebagainya.
Perancangan sistem memiliki jenis pendekatan yang bermacam-macam. Pendekatan yang akan di pakai dalam laporan ini ialah Object-Oriented Design (OOD). OOD merupakan pendekatan desain yang menggunakan konsep objek, penyatuan antar objek, atributnya, dan method-nya. Objek merupakan hasil representasi data sebenarnya di dunia nyata dalam lingkup bisnis ke dalam sistem komputer. Objek berada dalam suatu kelas, yang merupakan kumpulan dari objek-objek sejenis. Objek mempunyai atribut-atribut yang merupakan alat identifikasi dirinya, yang membedakannya dengan objek lainnya. Untuk mengakses sebuah atribut dari objek atau memberi perlakuan kepada suatu objek, digunakan fungsi tersendiri yang disebut method. Penggunaan method ini memungkinkan objek dan atributnya lebih aman dari perlakuan-perlakuan yang tidak semestinya pada sistem.
OOD sering diterapkan dengan menggunakan notasi Unified Modelling Language (UML). UML ini merupakan notasi standar yang diciptakan untuk memudahkan pengembangan sistem berbasis objek. UML memiliki diagram-diagram yang dapat melambangkan proses, jalannya data, objek-objek dalam sistem, serta penggambaran bagaimana objek-objek tersebut saling berinteraksi.
UML (Unified Modeling Language) adalah sebuah bahasa yang menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak. UML menawarkan sebuah standar untuk merancang model sebuah sistem.
Dengan menggunakan UML kita dapat membuat model untuk semua jenis aplikasi piranti lunak, di mana aplikasi tersebut dapat berjalan pada piranti keras, sistem operasi dan jaringan apapun, serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun. UML mendefinisikan beberapa diagram, namun dalam laporan ini hanya akan dibahas Use Case Diagram, Activity Diagram, dan Sequence Diagram. Berikut penjelasan dari masing-masing diagram tersebut.

2.4.1. Use Case Diagram
Use Case Diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Use case merupakan sebuah pekerjaan tertentu, misalnya log in ke sistem, meng-create sebuah daftar belanja, dan sebagainya.
Seorang/sebuah aktor adalah sebuah entitas manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Berikut notasi dalam use case yang akan kita gunakan dalam laporan ini, beserta penjelasannya:

Notasi Fungsi

Menyatakan aktor atau pengguna yang dapat berinteraksi dengan system
Menyatakan use case atau fungsi yang ada dalam sistem

Menyatakan hubungan antara aktor dengan use case dalam sistem

Menyatakan inheritance dari suatu aktor ke aktor lain


Menyatakan hubungan ketergantungan antar use case, yakni pelaksananaan suatu use case baru bisa dilakukan setelah pelaksanaan use case lain selesai

Tabel 2.1. Notasi Use Case Diagram

Contoh :
Notasi ini berarti aktor berinteraksi dengan sistem melalui fungsi ‘use case’, atau aktor dapat menjalankan fungsi ‘use case’.

Notasi ini berarti bahwa aktor1 melakukan inheritance dari aktor2, artinya bahwa aktor1 dapat juga melakukan fungsi-fungsi yang dapat dilakukan oleh aktor2.
Notasi ini berarti pelaksanaan ‘use case1’ tergantung kepada pelaksanaan ‘use case2’, dengan kata lain ‘use case1’ baru bisa dilakukan setelah ‘use case2’ terpenuhi/selesai dijalankan.

Tabel 2.2. Contoh penggunaan Use Case Diagram
Use case kadang tidak cukup dinyatakan dengan diagram, melainkan perlu penjelasan lebih lanjut, yang sering disebut dengan use case description.

2.4.2. Activity Diagram
Activity Diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, desicion yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi.
Sebuah aktivitas dapat direalisasikan oleh satu use case atau lebih. Aktivitas menggambarkan proses yang berjalan, sementara use case menggambarkan bagaimana aktor menggunakan sistem untuk melakukan aktivitas. Activity diagram dapat dibagi menjadi beberapa object swimlane untuk menggambarkan objek mana yang bertanggung jawab untuk aktivitas bertentu.
Berikut beberapa notasi dalam activity diagram yang akan kita gunakan dalam laporan ini, beserta penjelasannya:
Notasi Fungsi
Titik awal alir aktivitas
Titik akhir alir aktivitas
Aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing objek
Decision yang menggambarkan behaviour pada kondisi tertentu

Object swimlane yang menggambarkan objek mana yang bertanggung jawab untuk aktivitas tertentu.

Tabel 2.3. Notasi Activity Diagram

2.3.3. Sequence Diagram
Sequence Diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan disekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atas dimensi vertical (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang terkait).
Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respon dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-triger aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan.
Berikut contoh notasi sequence diagram beserta penjelasannya:
Notasi Penjelasan

Objek beserta lifeline-nya

Pesan yang synchronous, artinya pemanggilan method ini akan menyebakan objek target diblokir untuk sementara, sampai dia mengembalikan suatu hasil kepada objek pemanggilnya

Pesan yang asynchronous, artinya objek target tidak akan diblokir, melainkan kedua objek yang bersangkutan bisa tetap menjalankan proses lainnya secara bersamaan

Periode waktu

Tabel 2.4. Notasi Sequence Diagram

2.5. Konsep Basis Data
2.5.1. Pengertian Basis Data
Menurut Adi Nugroho, ST., MMSI, 2004, dalam bukunya Konsep Pengembangan Sistem Basis Data :
Basis data adalah koleksi dari data-data yang terorganisasi dengan cara sedemikian rupa sehingga data mudah disimpan dan dimanipulasi (diperbaharui, dicari, diolah dengan perhitungan-perhitungan tertentu, serta dihapus).
Mengapa diperlukan Database:
1. Salah satu komponen penting dalam sistem informasi, karena merupakan dasar dalam menyediakan informasi.
2. Menentukan kualitras informasi : akurat, tepat pada waktunya dan relevan. Informasi dapat dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatnyannya.
3. Mengurangi duplikasi data (Data redudancy).
4. Hubungan data dapat ditingkatkan (Data relatability).
5. Mengurangi pemborosan tempat simpanan luar.
Marlinda L, 2004, memberikan pengertian Sistem Basis Data sebagai berikut:
Sistem Basis Data adalah sistem menyusun dan mengelola records menggunakan komputer untuk menyimpan atau merekam serta memelihara data operasional lengkap sebuah organisasi/ perusahaan sehingga mampu menyediakan informasi yang optimal yang diperlukan pemakai untuk proses pengambilan keputusan.

2.5.2. Jenjang Data Dalam Basis Data
Jenjang data dalam struktur database dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Jenjang data dalam struktur database


Berikut penjelasan dari masing-masing jenjang data di atas.
1. Character : merupakan bagian data yang terkecil, dapat berupa karakter numerik, huruf ataupun karekter-karakter khusus (special characters) yang membentuk suatu item data/field.
2. Field : merepresentasikan suatu atribut dari record yang menunjukkan suatu item dari data, seperti misalnya nama, alamat, dan lain sebagainya. Kumpulan dari field membentuk suatu record.
3. Record : Kumpulan dari field membentuk suatu record. Record menggambarkan suatu unit data individu yang tertentu. Kumpulan dari record membentuk suatu file. Misalnya file personalia, tiap-tiap record dapat mewakili data tiap-tiap karyawan.
4. File : File terdiri dari record-record yang menggambarkan satu kesautuan data yang sejenis. Misalnya file mata pelajaran berisi data tentang semua mata pelajaran yang ada.
5. Database : kumpulan dari file/tabel membentuk database.

2.6. Konsep Laporan Laba/Rugi
2.6.1. Pengertian Laporan Laba/Rugi
Laporan Laba/Rugi (Income Statement) adalah laporan mengenai penghasilan dan beban suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu. Laporan Laba/Rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Oleh karena dalam penyusunan laporan Laba/Rugi sangat penting diperhatikan prinsip-prinsip pengakuan pendapatan dan pengakuan beban.
2.6.2. Pengertian Pendapatan
Standar Akuntansi Keuangan mendefinisikan penghasilan (income) sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Dalam pengertian tersebut, penghasilan meliputi pendapatan (revenues) dari penjualan (sales) barang/jasa, pendapatan bunga, dividen, royalti, honorarium profesional, komisi dan keuntungan (gains) dari penjualan surat berharga atau aktiva tetap. Tidak termasuk penghasilan adalah peningkatan aktiva perusahaan yang timbul dari investasi pemilik (investor).
Dalam laporan Laba/Rugi, penghasilan perusahaan secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu penghasilan usaha dan pengahasilan luar usaha.
1. Penghasilan usaha (operating income) adalah penghasilan yang diperoleh dari aktivitas usaha pokok (utama) perusahaan. Misalnya penghasilan usaha perusahaan dagang adalah hasil pejualan barang dagangan, biasa disingkat dengan istilah penjualan. Sementara penghasilan usaha perusahaan yang bergerak di bidang jasa adalah hasil penjualan jasa.
2. Penghasilan di luar usaha (non operating income) adalah penghasilan yang diperoleh dari aktivitas di luar aktivitas pokok perusahaan, atau dari kegiatan usaha sampingan yang dilakukan sewaktu-waktu. Misalnya perusahaan bengkel selain menjual jasa bengkel, kadang-kadang menyewakan kendaraan. Sewa yang diterima perusahaan tersebut merupakan penghasilan di luar usaha.
2.5.3. Pengertian Beban
Standar Akuntansi Keuangan mendefinisikan beban (exspenses) sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Seperti halnya penghasilan, beban dalam laporan Laba/Rugi dikelompokkan menjadi beban usaha (operating expense) dan beban di luar usaha (non operating expenses).
1. Beban usaha adalah beban-beban yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan aktivitas usaha pokok perusahaan
2. Beban di luar usaha adalah beban yang timbul dari aktivitas di luar usaha pokok perusahaan, misalnya rugi penjualan aktiva tetap dan beban bunga. Disamping beban usaha dan beban di luar usaha tersebut di atas, yang harus diinformasikan terpisah dalam laporan Laba/Rugi adalah kerugian yang sifatnya tidak biasa seperti kerugian akibat kebakaran atau bencana banjir.
2.5.4. Format Laporan Laba/Rugi
Format Laporan Laba/Rugi dapat dilihat pada contoh di bawah ini:



































Gambar 2.2. Contoh Format Laporan Laba/Rugi

2.6. Visual Basic 6.0, Microsoft Access, Dan Crystal Report 8.5
2.6.1. Visual Basic 6.0
Microsoft Visual Basic merupakan bahasa pemrograman yang cukup populer dan mudah untuk dipelajari. Digunakan untuk membuat program dengan aplikasi GUI (Grhapical User Interpace), atau program yang memungkinkan pengguna komputer dapat berkomunikasi menggunakan media grafik atau gambar dengan komputer tersebut.
Microsoft Visual Basic menyediakan fasilitas yang memungkinkan pengguna mneyusun sebuah program dengan memasang objek-objek grafis dalam sebuah form. Visual Basic berawal dari sebuah bahasa pemrograman BASIC (Beginners All-purpose Symbolic Instruction Code). Karena bahasa BASIC cukup mudah dipelajari dan popular, maka hampir setiap programmer menguasai bahasa ini.
Visual Basic menyediakan berbagai perangkat yang dapat digunakan untuk membuat program aplikasi baik aplikasi kecil dan sederhana untuk keperluan sendiri, hingga aplikasi untuk sistem enterprise yang besar dan rumit, atau bahkan aplikasi yang dijalankan melalui internet. Secara umum ada beberapa manfaat yang diperoleh dari pemakaian program Visual Basic, di antaranya:
1. Dipakai dalam membuat program aplikasi berbasis windows.
2. Dipakai dalam membuat obyek-obyek pembantu program, seperti fasilitas Help, Kontrol Active X, Aplikasi Internet dan sebagainya.
3. Digunakan untuk menguji program (Debugging) dan menghasilkan program akhir EXE yang bersifat Executable, atau dapat langsung dijalankan.
2.6.2. Microsoft Access
Microsoft Access adalah suatu aplikasi yang dapat membantu kita membuat sebuah aplikasi database dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu microsoft acces merupakan aplikasi program yang sangat mudah dan fleksibel dalam pembuatan dan perancangan sistem manajemen database. Microsoft access saat ini banyak digunakan dalam pembuatan aplikasi program yang sangat sederhana dan mudah, misalnya:
1. Untuk membuat aplikasi program persediaan barang
2. Untuk memuat aplikasi program gaji karyawan/pegawai
3. Untuk membuat aplikasi program kehadiran
4. Untuk membuat aplikasi program penjualan dan pembelian
5. Untuk membuat aplikasi program administrasi pendidikan
6. Untuk membuat aplikasi program antrian kunjungan berobat, dll.
Dengan microsoft access, kita dapat merancang dan mengelola database yang saling terkait antar beberapa bagian. Bagian-bagian microsoft access yaitu:
1. Table
Digunakan untuk menyimpan data yang akan diproses.
2. Query
Merupakan ’permintaan data’ berupa bahasa bisnis, untuk mengolah data dalam tabel-tabel menjadi suatu informasi yang bisa dimengerti. Seperti mengelompokkan penjualan terbesar oleh customer yang dimiliki. Untuk membuat query ini bisa berdasarkan pada satu tabel, dua, atau lebih dengan syarat antar tabel itu ada field yang saling berhubungan. Selain itu query juga bisa melakukan operasi perhitungan.
3. Form
Digunakan untuk merepresentasikan dan membuat rancangan berupa formulir untuk penginputan data agar tampilan form tersebut lebih menarik, mudah diperbaiki,dapat menampilkan data dari record pertama sampai dengan record terakhir, juga dapat menambahkan tombol dan gambar.
4. Report
Digunakan untuk merepresentasikan hasil olahan data menjadi informasi/laporan yang siap dicetak di lembaran kertas. Laporan dapat ditambahkan judul, gambar, tanggal, waktu dan juga dapat dikelompokkan menurut kode ataupun nama barang.
5. Macro
Digunakan untuk membuat menu berupa tombol perintah yang dapat dijalankan secara otomatis melalui rancangan form ataupun melalui rancangan report.
6. Pages
Digunakan untuk merancang tampilan data access pada halaman web melalui sistem jaringan (server)
7. Modules
Digunakan untuk membuat rancangan modul pengolahan database yang dibuat dengan menggunakan kode pada Visual Basic For Aplications.
8. Switchboard
Digunakan untuk membuat menu program berupa tombol menu yang dideklarasikan dengan tombol menu yang lain. Sebenarnya hampir sama seperti dalam pembuatan tombol macro, hanya saja menu switchboard sedikit lebih menarik dan atraktif.

2.6.3. Crystal Report 8.5
Crystal Report merupakan program khusus untuk membuat laporan yang terpisah dengan program Microsoft visual basic 6.0, tetapi keduanya dapat dihubungkan. Hasil mencetak dengan Crystal Report lebih baik dan lebih mudah karena pada Crystal Report banyak tersedia obyek maupun komponen yang mudah digunakan.
Ada beberapa fasilitas pada Crystal Report yang dapat digunakan oleh pengguna di antaranya:
1. Blank Report dan Report Expert
Jika pengguna ingin membuat Report baru, pengguna bisa menggunakan fasilitas Blank Report, di samping itu cara lain untuk membuat Report yaitu dengan memodifikasi Report yang sudah ada sebelumnya.
2. Fasilitas Select Expert
Pengguna dapat menggunakan fasilitas Select Expert yang diberikan oleh Crystal Report untuk memudahkan dalam memilih record yang ingin ditampilkan pada Report. Dengan fasilitas Select Expert ini pengguna dapat menspesifikkan field yang ditampilkan.


3. Sorting, Grouping, dan Summarizing
Fasilitas Sorting dapat digunakan untuk mengurutkan data yang banyak sehingga Report akan lebih mudah untuk dibaca. Sementara fasilitas Grouping digunakan jika ada data yang sama yang ditampilkan berulang kali. Dalam hal ini pengguna tentu ingin mengatur agar Report hanya menampilkan data itu sekali saja sebagai suatu kelompok, inilah yang disebut dengan Grouping.
Setelah Report diurutkan dan dikelompokkan dengan benar, secara umum pengguna dapat membuat ringkasan (rekapan) dari hasil pengelompokan tersebut, seperti total dari group untuk field tertentu. Maka untuk tujuan ini pengguna bisa menggunakan fasilitas Summarizing.
4. Presentasi Report
Presentasi Report adalah Report yang digunakan untuk presentasi. Pengguna dapat menggunakan fasilitas special formatting, special field, lines, boxes, dan picture dalam memodifikasi tampilan agar Report lebih menarik dan berkualitas untuk dibaca.

No comments: